Satu dari banyak penyebab Sri Lanka bisa bangkrut ialah kehabisan cadangan devisa untuk membayar utang luar negeri yang jatuh tempo. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang dapat ditukarkan dengan uang luar negeri.
Gampangnya gini, devisa merupakan uang atau aset asing (luar negeri) yang dimiliki oleh suatu negara. Nantinya, aset asing ini bisa disimpan sebagai cadangan devisa untuk kebutuhan moneter atau sebagai alat pembayaran utang negara.
Terus, berapa banyak cadangan devisa Indonesia?
Indonesia punya cadangan devisa sebesar $136,4 miliar atau setara Rp2.049 triliun pada akhir Juni 2021 atau setara pembiayaan 6,6 bulan impor dan 6,4 bulan proses membayar hutang luar negeri dari pemerintah. Posisi cadangan devisa Indonesia ini menunjukkan bahwa devisa negara kita selama 10 tahun semakin meningkat meskipun terjadi beberapa kali fluktuasi.
Gimana dengan negara lain?
TURKI
Kebijakan ekonomi yang dibuat Presiden Erdogan dengan memangkas nilai suku bunga saat inflasi tinggi menyebabkan neraca dagang Turki tertekan. Inflasi di Turki mencapai 78,6%, lebih banyak impor (kebutuhan pangan) daripada ekspor. Belakangan Turki juga disorot karena valuasi mata uangnya terus melemah. Cadangan devisa Turki tersisa $52,2 miliar atau Rp783 triliun.
ARGENTINA
Inflasi Argentina bulan Juni lalu mencapai angka 64% yang menyebabkan masyarakat Argentina kini jatuh miskin. Argentina pada tahun 2018 dibantu oleh IMF menangani utang luar negeri. Namun dana itu dialihkan untuk penanganan pandemi dan penanganan dampak konflik Rusia-Ukraina. Cadangan devisa Argentina tersisa $32,3 miliar atau Rp484 triliun.
Mungkin kamu jadi mikir…
Kalo cadangan devisa sebuah negara mulai menipis, apakah negara tersebut bisa bangkrut seperti Sri Lanka? Bisa jadi, jika negara tersebut punya utang luar negeri yang lebih besar dari cadangan devisa yang disimpan.
Sebelum bangkrut, Sri Lanka punya utang luar negeri sebesar $51 miliar, padahal saat itu cadangan devisa mereka sudah kurang dari $5 miliar. Tapi cadangan devisa bukanlah satu-satunya indikator ketahanan ekonomi suatu negara. Masih ada indikator-indikator lainnya, seperti: Neraca Dagang, PDB, Stabilitas Politik dan faktor-faktor lainnya. Indonesia sendiri relatif aman meski tetap harus waspada terhadap dampak krisis ekonomi global.